Tanggal beli : 03 Desember 2008-Gramedia Semanggi-Cetakan kedua November 2008-504 halaman-Penerbit Bentang.
*
*
Buku terakhir yang sangat di tunggu-tunggu ini kuperolah setelah 3 kali tiba di Gramedia Semanggi. Kosong terus. Padahal hari masih pagi. Di monitor aku cek 618 eksemplar.Pagi-pagi sudah ludes. Luar biasa. Baru hari ketiga aku berhasil mendapatkan buku ini. Aku beli dua . Satu untuk guruku di Bangka, Pak Soekirman. Guru SMP Muhamadiyah Sungailiat Bangka. Di sana mungkin bukunya belum cepat beredar.
*
Membaca buku terakhir ini, kita dihadapkan pada sebuah beban yang sudah lama kita -sebagai pembaca- tanggung, penantian tentang sebuah pertemuan . A Ling. Tetralogi yang total berjumlah 1588 halaman ini mengurus rasa penasaran kita sampai ke ubun-ubun. Tak tertahankan. Meletup pelan-pelan. Tapi terasa seperti gempa.
*
Pengembaraan yang jauh kesemua benua. Menghadapi beribu tantangan . Hanya untuk satu kata. Cinta. Sebagai pembaca yang telah menonton filmnya , talkshow dan juga baca buku-buku tentang behind the scene-nya, bahkan buku tentang phenomena Laskar Pelangi, maka kita terombang-ambang antara fiksi dan kenyataan . Antara Ikal dan Andrea Hirata. Dan siapa A Ling dalam hidup nyata Andrea Hirata. Bila tokoh perempuan ini nyata dan pernah ada. ?
*
Novel ini secara keseluruhan berlokasi balik ke Belitong. Petualangan Ikal mencari wanita yang di pujanya. Wanita cinta pertamanya. Wanita yang hidup di bawah sadarnya. Seperti darah yang tak lagi terasa ada. Sebuah pencarian yang lama. Melelahkan. A Ling akhirnya di temukan di pulau kecil Batuan. Di selat Malaka. Selat Singapura. Dan dalam pertemuan itu , kita sebagai pembaca berharap banyak...
*
Kawan, bila engkau terharu biru oleh penantian pertemuan A Ling dengan Ikal, maka momen yang kita tunggu itu hanya di gambarkan tak sampai setengah lembar saja. Penonton dan pembaca mungkin kecewa, yachh…kok gitu doang. Akhirnya A Ling di temukan. Lemah dan lunglai. Lalu di bawah pulang ke Manggar. Naik perahu yang dibuat oleh Ikal berbulan-bulan sebelumnya.
*
Sebagai pembaca aku agak kecewa dengan pelukisan suasana pertemuan itu. Yang diharapkan pembaca mungkin semacam pelukisan yang menumpuhruahkan perasaan Ikal di atas kanvas kertas novel yang kita baca. Panjang berlembar-lembar. Tapi Andrea Hirata tak memanjakan harapan yang sudah ditumpuk-tumpuk setelah 3 buku lamanya. Lewat begitu saja.
*
Tapi ujung ceritanyalah yang membuat luka kecewa kita terobati. Tiga lembar terakhirlah yang membuktikan betapa Andrea Hirata telah memiliki kemampuan senjata pamungkas kata-kata yang bernas. Lukisan tentang rasa sedihnya bercampur aduk dengan tanggungan beban rindu untuk memiliki dan menikahi perempuan cinta seumur hidupnya. Semua dilukiskan dan diungkapkan dengan subtil dan pedih. Metafora yang demikian piawai. Andrea Hirata , jagoan !
*
Lembar terakhir , pelukisan tentang A Ling yang berdiri di tengah lapang setelah komedi putar usai menjelang gerimis malam, membuat kau para perempuan, akan terseguk tertahan. Pedih. Sedih. Sunyi. Kita tahu akhir ceritanya ? Entahah. Andrea Hirata meninggalkan kita dengan perasaan tak karuan. Open ending yang subtil. Sulit diterka.Tapi kita paham maknanya. Kita hanya bebas menduga-duga. Akankah Ikal menikah dengan A Ling setelah tak direstui oleh ayahnya ? Akanlah Ikal mencuri A Ling dari pamannya malam itu ? Sisa akhir cerita yang terbuka menjadi lahan baru buat imajinasi kita. Memanjakan diri kita dengan ending yang bias tak selesai tapi diam-diam kita puas.Juga awal sebuah kreatifitas baru. Bisa jadi.
*
Aku membawa apapun yang dapat kubawa dalam sebuah karung kecampang.Lapangan Padang Bulan telah kosong ketika aku tiba. Pasar malam telah redup., komidi putar tak lagi berputar, lampu-lampunya telah dimatikan. Yang terdengar hanya suit angin.
*
Di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menungguku. Kami hanya diam, tapi A Ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah saga. Ia sesengukan sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah mengucur di telapaknya. Ia menarik putus kalungnya menggulung lengan bajunya, dan memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Kukatakan padanya , aku akan mencurinya dari pamannya dan melarikannya. Aku akan membawanya naik perahu itu dan kami akan melintasi Selat Singapura.
*
Perlahan awan kelabu di langit turun menjadi titik gerimis. Butirnya yang lembut serupa tabir putih menyelimuti tubuh kami. ( Halaman 504- Maryamah Karpov )
*
Kawan. Bila kau punya rasa dan hati yang ditumbuhi cinta, maka diakhir yang terbuka ini , kau akan paham dan mengerti. Tak perlulah lagi berpanjang kata untuk memaparkan semua nuansa yang bisa kau sendiri apresiasi dan terka. Dalam tiap kata-kata. Yang lembut terpendam pedih luka.
3 comments:
Rupanya kita sesama Libra ya...pantesan serasa membaca diri sendiri. Kalau boleh ku toreh kumpulan lembar kertas yang pernah ku baca, daftarnya akan kurang lebih sama dengan buku-buku di Belantara mu, atau kalau boleh ku letak tangkapan duniaku dari mata lensa, akan kurang lebih dengan foto-fotomu, rasanya, :-).
Terima kasih sudah menemukan dan mampir ke blogku.
tabik,
indah
thank for your visit and comment.
I believe it is ! Hope that you will also create the same reading world like mine, tks
how can you write a so cool blog,i am watting your new post in the future!
Post a Comment