Tuesday, July 3, 2007

Five Minds for The Future

Purchased : 03 July 2007 -Price : Rp. 40,000- Author : Howard Gardner -Pages : IX + 179 Pages -Edition : 1st Edition
***
Membaca Howard Gardner memang mengasyikkan. Mungkin gaya penuturan dan penjabaran pokok pikiran sangat sederhaan sehingga kita mudah mendapatkan inti bahasan .
***
Seperti judulnya tentang 5 Pikiran bagi Masa Depan yang dikatakan Howard Gardner akan menjadi tonggak ukuran bagi prekembangan kemajuan dan perkembangan kebudayaan di masa datang. 5 Pikiran yang akan membuat seorang individu eksis dan bisa menjadi bertahan di abad yang penuh dengan persaingan yang akan menentukan dan memberikan traits-sifat-sifat dasar bagi kepemimpinan di masa yang akan datang.
***
Dengan sederhana Gardner memberikan point penting bagi Pikiran yang Terdisiplin (The Disciplinary Mind ) : Setiap individu mesti menguasai satu bidang yang menjadi displin ilmu baginya. His expertice. Specialisasi. Apakah bidang sciene, Biolgi, kedotekteran, bidang sejarah, bidang sastra, pemusik atau ratusan bidang displin ilmu lainnya. itulah pentingnya kenapa kita sekolah. Sekolah memberikan kita dasar , arah untuk mempelajari satu disiplin ilmu untuk nanti kita tekuni, dan belajar penuh secara detail pada sebuah bidang ilmu. Sebuah disiplin ilmu. dari sanalah kita akan berangkat akan seperti apa kita nantinya. Tanpa sebuah bidang ilmu sulit memang menjadi bagian sebuah kebudayaan yang proaktif. Kreatif dan berkembang. Tak penting apapun bidang yang kita geluti, haruslah tembus pada detail dan spesialisasi. Sehingga seperti mata bor laser yang tajam menukik pada bidang keras. Bukan seperti lampu sorot yang mengambil bidang besar tapi tak bisa tembus-tembus . I got the point !
***
Disciplanary Mind inilah tonggak awal bagi kita untuk menuju ke suatu tahap penting selanjutnya hasil sintesa sebuah displin yaitu Pikiran yang Bisa melakukan Sintesa. ( The Syntesizing Minds ) Kemampuan untuk melakukan penyatuan ide-ide dari berbagai disiplin yang berbeda. Kemudian menghubungkan , mengkomunikasikan dan mampu menyatukan beragam kemungkinan menjadi sebuah kemungkinan baru dan kemudian menghasilkan sebuah paduan yang sinergik, menjadi sebuah yang sama sekali berbeda dari mosaik-mosaik awal.
***
Mosaik-mosaik baru yang tercipa dari hasil sintesa akan menghasilkan sebuah tatanan baru, sebuah kreativitas baru. Kreativitas kata kuncinya . Create ! Itulah pikiran ketiga. The Creating Mind . Semua ilmu yang telah menjadi displin setiap individu tetap sebuah disiplin yang mandul dan tak berguna bila tak memiliki kemampuan untuk melakukan pemaduan dan kemampuan sintesa yang pada akhirnya melahirkan sebuah Mosaik Baru. Sebuah kreasi baru. Kemampuan itu yang membedakan antara tindakan kebudayaan yang mandul atau hanya pasif.
Memang tak semua orang yang punya disiplin ilmu bisa menjadi produktif bila tak bisa memiliki kemamapuan untuk sintesa yang pada akhirnya melahirkan sebuah kreatifitas baru. Kreatifitas di bidang apapun itulah yang membedakan kita sebagai individu dengan sebuah group .\
***
Pikiran kreatif sering dimiliki oleh sebuah proses yang panjang. yang seringkali dihasilkan oleh indivisu-individu yang selalu mempertanyaan kemandekan , mencari pemecahaan cara baru, mendobrak dan membongkar tatanan lama. Mencari phenomena baru. Yang kadang nampak kurang waras bagi sebuah masyarakat dengan tatatan berpikir mapan. Mempertanyakan memang merupakan sebuah proses menuju sebuah pembentukan benih-benih kreatifitas.
***
Terus terang aku suka sekali dengan tahap ketiga ini. Karena umummnya tak semua orang bisa tiba pada tahap mempertanyakan kemandekan , atau berusaha melihat dari sisi yang berbeda, atau mentertawai keajekan, bermain acak, walau kadang keluar dari tatanan mapan. Kreatifitas seringkali lahir dari orang-oarang dengan tipe-tipe nyeleneh , tipe-tipe yang keluar dari kemapanan berpikir yang sudah teratur. Yang membosankan.Yang ajek dan pasti. Kadang keteraturanlah yang menjadi perangkap bagi kreatifitas. Bagiku sendiri membaca Gardner bagai melihat pola tingkah dan sisfat yang kujalani sekarang.
***
Proses membacva yang banyak yang beragam bagaikan sebuah disiplin ilmu juga. Mendatangkan detail data. Menangkap hal-hal baru dari buku-buku beragam. Sebuah bidang ilmu. BIla hanya tiba pada proses ini,maka proses ini hanya melahirkan sebuah generalisai tanpa spesialisai yang menukik.
***
Proses pembacaan yang panjang dan banyak mestinya di ikuti oleh sebuah kemampuan untuk membedakan data, menghubungkannya, menapiskanya, memilah-milah. Memberikan sebuah sinergi terhadap banyak data yang berseliwiran. yang tak ada hubungan satu sama lain. Beragam mosaik. Bahan dasar yang penting untuk melakukan dan tiba pada proses sintesa. Inilah tahap kedua probalitas dan tipe berpikir yang kedua.
***
Lalu dari beribu dan berjuta ragam mosaik yang telah mengalami pemilahan, pembongkaran, intertekstualitas, tumpang tindih inilah akhirnya yang akan menuju pada sebuah proses kreasi. Proses kreatif. Sebuah proses penciptaan. Proses menulis, menuangkan pikiran seperti sekarang ini sebetulnya adalah proses kreatif yang menghubungkan berjuta data , teks-teks lama, teks-teks baru , di berikan pemahaman baru-new signifying process -agar beragam teks ini dapat di rancang balik, di kontruksi ulang menjadi teks baru . Dengan tanpa menafikkan adanya selalu intertekstualitas yang mengandalkan banyak sekali hypogram.
***
Dalam budaya dan pribahasa Cina adalah proses " Belajar " lalu menuju proses " Mengajar ". Simplikasi ide-ide Gardner sebetulnya sudah ada di budaya ini. Yang menjadi pertanyaan terbesar bagiku, sejauh mana proses membangun Pikiran Terdisiplin , lalu menuju Pikiran Menyintesis bisa selalu runtut otomatis menuju pada Pikiran yang Mencipta ? Apakah proses membaca yang banyak , yang teratur selalu otomatis akan tib apada proses Pikiran yang Mencipta ? Jawabannya mungkin tidak. Karena banyak orang melakukan proses mebaca yang banyak yang beragam tapi hampir sedikit sekali orang tiba pada tahap atau berusaha terus untuk naik ke tahap Pikiran yang Mencipta. Karena proses mencipta membutuhkan banyak kerja disiplin . Membutuhkan Pikiran yang Terdisiplin juga. Dan proses ini banyak yang di tinggalkan orang. Entah kenapa. Mungkin proses ini membutuhkan banyak energi, daya upaya untuk terbiasa dan terus menerus tanpa lelah memaksa otak untuk disiplin mengeluarkan kata-kata. Itu yang sulit. Mungkin.
***
Pertanyaan yang terpenting adalah sejauh mana kemampuan sintesa yang bagus, dengan disiplin data yang lengkap dan memberikan kreatifitas yang subur bisa merubah pikiran orang menjadi seorang manusia yang memiliki Pikiran yang Menghargai ( Respectful Mind ) orang lain. Menghargai keberagamam pikiran. menghargai keberagaman ide-ide. Menerima kemungkinan orang lan untuk salah . Jawabannya mungkin nggak gampang dan ngak perlu hari ini. Karena Pikiran yang memiliki Etika ( Ethical Mind ) adalah pikiran yang paling menentukan gerak kebudayaan. Di sinilah kita di uji sejauh mana hasil proses disiplin yang bisa melakukan sintesa dan membangkitkan proses kreatif dapat menghargai orang lain, menghargai masyarakat dengan didasari oleh pikiran yang beretika.
***
STA sudah 31 tahun yang lalu , -dalam buku Antropologi Baru-berbicara tentang etik pribadi, yang menuju kepada etik masyarakat yang menjadi dasar proses aktif kebudayaan. Penentuan proses berbudaya. Aku nggak tahu apakah Gardner juga membaca buku STA. Dalam bukunya yang terbit tahun 1966 , STA menulis bahwa ilmu tentang etika adalah ilmu yang tertua yang merupakan cabang teori nilai yang sering terintegrasi secara built in menjadi bagian dari agama. Emmanuel Kant menulis tak ada yang lebih beretik kecuali niat.
***
Gardner nampak nya membicarakan etik autonom yaitu sebuah nilai Etik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri. Lawannya adalah Etik Heterom, nilai Etik yang bersumber dari norma-norma masyarakat, agama, adat-istiada dengan kata lain bersumber dari luiar individu tersebut.
***
Tema yang diusung oleh Gardner ini bukanlah sesuatu yang baru dalam rana keilmuan. Gardner hanya dengan pandai meracak kembali, memberikan makna baru, meyambung, membongkar, menyusunnya kembali menjadi mosaik baru, yang tentu saja penuh dengan intertekstualitas, hypogram-hypogram yang pasti bukan sesuatu yang original, nothing new under the sun.Tapi menjadi tatanan -mosaik baru yang segar, yang enak di baca dan menjadi akhirnya sebuah buku tentang proses berpikir . Yang pada akhirnya menjadi dasar kebudayaan aktif. Tindakan kebudayaan.
***
Bukunya yang layak dicari, dibeli dan dibaca :
-Multiple Intelligent
-Changing Minds
-Good Work

No comments: