***
Inilah buku yang paling kucari dan sangat kuidam-idamkan ketika masih di bangku SMA di Bangka. Satu kali aku baca artikel mengenai Soe Hok Gie ini di tabloid "Mutiara" yang mungkin menjadi tabloid pertama di Indonesia yang kukenal. Di salah satu artikel reportoire mengenai kehidupan dan pendakian gunung, Soe Hok Gie dan kehidupannya dan juga catatan hariannya di bahas tuntas. Aku lupa siapa penulisnya.
***
Artikel dan reportoire itu sangat membuatku terkesan dan begitu terinspirasi oleh sesosok pemuda yang mati muda , seorang Tionghoa idealis- yang belum kukenal betul, tapi aku benar-benar terkesan sejak saat itu . maklum hari-hari itu kegilaan ku pada buku sungguh tak terpuaskan . Sungailiat kota kecil, hanya ke Pangkal Pinang aku hanya bisa beli buku yang agak bagus. Jarak sekitar 32 km . Kadang-kadang naik sepeda atau naik bis POWNIS ( Persatuan Otomobil Warga Negara Indonesia Sungailiat ). Baru kelas 2 SMA aku punya motor sendiri dan setiap saban akhir pekan langsung tancap gas ke kota Pin Kong ( nama Hakka untuk Pangkal Pinang ).
***
Hari itu sekitar tahun 1985 -masih kelas 1 SMA. Jiwa muda bergelegak ketika membaca artikel dan ulasan mengenai pemuda Tionghoa ini. Betapa ingin betul membaca catatan harian itu. tapi di Sungailiat hal itu mustahil . Tak ada yang jual.
***
Tahun 1987 bulan juni tanggal 07 aku tiba di Jakarta. Dua minggu kemudian aku mulai melanglang buana seantero Jakarta terutama Gramedia. Hampir semua toko buku Gramedia di Jakarta sudah aku datangi. Selain beli buku juga untuk memuaskan dahaga ku pada buku dan kenikmatan berada di toko buku besar yang belum pernah kukenal dulu. Dan kutemukanlah buku ini di Gramedia Pasar Baru.
***
Buku ini hanya kubaca tak lebih dari 3 hari. Semua isinya seperti cermin pergolakan yang juga kuidolakan. Jadi pendaki. Nulis diary. Tak suka kompromi . Hidup dengan idealisme tinggi. Aku sepeti menemukan seorang idola. Buku Catatan Harian Seorang Demontrans ini aku baca berkali-kali. Ku garis bawahi mana yang berkesan , yang berarti.
***
Catatan-catatanku atas buku ini mungkin lebih kusukai mengenai beberapa inspirational quotes yang di tulis Soe Hok Gie di catatan hariannya seperti beberapa di bawah ini:
***
-Orang yang berani karena bersenjata adalah pengecut" ( Sabtu, 12 Desember 1959 )
-Bagiku masyarakat tak mungkin hidup tanpa sejarah .."(Jumat, 27 Mei 1960)
-Dalam seni rakyat, rasa indah itu disalurkan dengan sederhana tanpa ide-ide mendalam (minggu 10 juli 1960 )
***
-Seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa ?(Jumat 30 maret 1962)
***
-Kepribadian bangsa bagiku adalah suatu proses yang lama dalam situasi tertentu, tapi dalam situasi lain itu dapat berubah.( kamis, 12 April 1962)
***
-Saya ingin punya istri yang dapat diajak dalam "gila-gilaan" dan " kluyuran-kluyuran". Hidup bukanlah kerja rutin, bikin anak dan gossip. ( Jumat 20 Juni 1969 )
***
-Mimikirkan kembali soal-soal kecil dalam hidup adalah ssesuatu yang membuat kita menjadi manusia kembali. ( Minggu 17 Agustus 1969 )
***
-Saya katakan bahwa kita bisa saja hancur karena tekana-tekanan hidup tetapi kita tidak akan dikalahkan. " MAN can be destroyed but never defeated ".( Minggu 26 Oktober 1969 )
***
Bagiku buku Soe Hok Gie ini menjadi sebuah patok yang tertancap dalam di masa mudaku.Di masa ketika kita mencari makna dari perjuangan diri. Makna dari berpikir. Makna dari keterbatasan. Yang tentu tak semuanya bisa kita sendiri. Catatan SHG ini telah banyak memberikan ku pola pikir untuk jadi yang tak biasa. dalam segala hal. Betapa langkahnya manusia seperti ini.
***
Selasa, 16 Desember 1969
Soe Hok Gie meninggal dunia dalam pendakian puncak Gunung Semeru karena gas beracun. Turun meninggal Idham Khalid .Sebaris sajak dari tabloid Mutiara itu yang masih kuingat sampai sekarang Aku lupa siapa penulisnya di tabloid itu. Mungkin puisi itu tidak lengkap betul. Tapi sepenggal puisi itu begitu melekat sampai sekarang . Puisi ditulis untuk mengenang kematian tentang Soe Hok Gie dan legenda kematiannya di Gunung Semeru :
***
Kepada Duka Rimba ( Aktivis Mati Muda )
Ke sana Idham dan Hok Gie
Mendaki dan pergi
Di saat sapu tangan menahan tangis
Duka desember menabur gerimis
1 comment:
Soe Hok Gie mampu memberikan percikan pemikiran yang segar kepadaku. Teringat waktu kuliah secara tak sengaja aku menemukan buku SHG yang berjudul Zaman Peralihan dan mampu membuat aku berpikir kembali tentang sejarah kelam yang ditutupi dengan kegemilangan orde baru. Ketika film GIE muncul dibioskop< aku sempat mencari bukunya namun di Batam sulit menemukannya. sampai sekarang masih berharap dapat menemukan bukunya.
Post a Comment