Thursday, July 5, 2007

Anak Semua Bangsa

Purchased : 05 July 2007 -Price : Rp. 80.000-
Pramoedya Ananta Toer -Pages : x1+539 -Edition 1st : April 2006 -13 X 20 cm
***
Tak perlu lagi rasanya membahas dan mereview buku kwaternium PAT ini, karena sudah demikian famousnya sehingga membahasnya lagi seperti kita membahas karya-karya Shakespeare. Sudah segudang review dan telaah bertebaran di media massa.
***
Buku Anak Semua Bangsa dan Bumi Manusia aku baca tahun 1985 kelas 1 SMA. Beny yang kirim fotocopian dari Jakarta , lalu aku jilid dengan hard cover setelah datang ke Jakarta . Waktu datang ke Jakarta tahun 1987 membawa fotokopian buku Pram ini membuatku deg-deg-an juga , karena banyak nya aktifis yang ditangkap hanya karena memiliki , membaca buku-buku ini. Apalagi mengedarkan , akan masuk penjara seperti Naipospos. Sekarang buku ini tersimpan rapi di lemari bukuku sebagai bagan dari pricious collection, walaupun hanya fotokopi. Foto kopi yang kupunya dari Beny masih dengan cover 1st edition yang tak gambar hanya tulisan saja, masih terbitan Hasta Mitra. Dengan strip warna merah melintang di tengah sampul buku. Sederhana saja.
***
Masa-masa itu sangat sulit mendapatkan buku Pramoedya. Jangankan yang asli, fotokopian pun sangat sulit kalu tak punya link yang khusus. Jadi itulah perkenalan pertamaku terhadap karya-karya Pramoedya yang semual hanya ku kenela leawt judul saja di mata pelajaran sastra di SMA kelas Budaya.
***
Edisi fotokopi ini. Buku edisi Lentera Dipantara ini aku beli sekedar hanya ingin koleksi saja . Agar lengkap cetakan asli kwaternium ini. Padahal edisi asli dengan sampul tulisan merah putih itu pernah juga aku lihat di Ps. Senen ketika masih kuliah. Karena keterbatasan dana waktu , maklum kuliah, aku gak beli ,lagi pula waktu itu sudah baca dan sudah punyang copian. Waktu itu di jual di emperan dan di tawarankan dengan harga sangat tinggi sekitar Rp. 85.000- 125.000-, padahal novel-novel biasa dengan tebal 400-500 hal saja masih di jual Gramedia dengan harga Rp. 15.000-. Bayangkan hampir 4-5 x lipat harga yang beredar di black market Senen. Incredible. Beberapa buku seperti Perburuan , Mereka Yang di Lumpuhkan aku beli dengan harga mahal dari ukuran biasa, pada masa kuliah. Kadang harus ngorbanin uang makan.
***
Sekarang ketika buku ini dengan gampang terpampang di mana-mana, kadang ada perasaan malas juga untuk koleksi. Berbeda banget waktu jaman grilya dulu, nyebutin dan dengar buku Pram saja kayak mendengar sebuah berita sangat Top Secret. Luar biasa. tapi jaman sebelum Reformasi adalah jaman yang sangat penuh dengan romantika dalam berburu karya-karya Pramoedya.
**
Sekarang bagiku membaca dan membicarakan buku-buku PAT seperti kehilangan semangat . Ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang tak lagi memberikan sebuah petualangan. Mungkin karena mendapatkannnya sangat sulit waktu itu, jadi sebuah ekslusivisme juga. Kini PAT sudah jadi ngepop, semua orang yang mau disebut " In" harus serta-merta bicara atau paling tidak baca dan ngobrolin buku-buku PAT. Mungkin bagi para pembaca sekarang , atau mereka -mereka yang baru pertama mengenal Pram, bahwa mereka sangat beruntung bisa membeli buku Pram dengan bebas di mana saja. Maka mereka harus lebih appreciated karya sastra Indonesia lebih. Dan menasriknya membaca Pram kini seperti sebuha euforia. Tapi secara pribadi aku berpendapat, euforia ini sangat membanggakan sekaligus menunjukkan minat yang tumbuh menuju harapan baru atas apresiasi karya sastra Indonesia. Semoga.
***
Walupun bagiku pribadi , PAT tiba-tiba sudah kehilangan greget. Tak ada masa-masa untuk menunggu sebuah revolusi. PAT sudah jadi selebrity, sudah menjadi profan. Tapi bagaimanapun kekagumanku pada soso Pramoedya tak gampang luntur ! He is the icon of Indonesia literature ! Mau nggak mau , terima atau tidak. That he is ! Sulit mencari sosok baru setangguh PAT , sosok pengganti PAT sampai saat ini belum juga muncul-mucul . Aku yang menjadi pemerhati amatir hanya menunggu saja. Semoga terlahir PAT baru di bumi Indonesia! Apa perlu ada museum Pramoedya Ananta Toer ?
***
All About Pramoedya Anan Toer
http://www.radix.net/~bardsley/surat.html
http://www.radix.net/~bardsley/prampage.html
***

Daftar Karya PAT:
* Sepoeloeh Kepala Nica (1946), hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947
* Kranji–Bekasi Jatuh (1947), fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi
* Perburuan (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949
* Keluarga Gerilya (1950)
* Subuh (1951), kumpulan 3 cerpen
* Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen
* Mereka yang Dilumpuhkan (I & II) (1951)
* Bukan Pasarmalam (1951)
* Di Tepi Kali Bekasi (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Juli 1947
* Dia yang Menyerah (1951), kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerpen
* Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, akarta, 1953
* Gulat di Jakarta (1953)
* Midah Si Manis Bergigi Emas (1954)
* Korupsi (1954)
* Mari Mengarang (1954), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
* Cerita Dari Jakarta (1957)
* Cerita Calon Arang (1957)
* Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958)
* Panggil Aku Kartini Saja (I & II, 1963; III & IV dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Kumpulan Karya Kartini, yang pernah diumumkan di berbagai media; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Wanita Sebelum Kartini; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Gadis Pantai (1962-65) dalam bentuk cerita bersambung, bagian pertama triologi tentang keluarga
Pramoedya; terbit sebagai buku, 1987; dilarang Jaksa Agung. Jilid II & III dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan (1964); dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1963)
* Lentera (1965), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
* Bumi Manusia (1980); dilarang Jaksa Agung, 1981
* Anak Semua Bangsa (1981); dilarang Jaksa Agung, 1981
* Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1981)
* Tempo Doeloe (1982), antologi sastra pra-Indonesia
* Jejak Langkah (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
* Sang Pemula (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
* Hikayat Siti Mariah, (ed.) Hadji Moekti, (1987); dilarang Jaksa Agung, 1987
*Rumah Kaca (1988); dilarang Jaksa Agung, 1988
* Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.) Oei Tjoe Tat, (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
*Arus Balik (1995)
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1997)

* Arok Dedes (1999)
* Mangir (2000)
* Larasati (2000)
* Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005)
* Menggelinding 1 & 2
***

3 comments:

Ibad & Izza Shop said...

seharusnya kamu bangga idolamu jadi hero
masak kami harus bilang " Hidup Belantara Pustabrary si pengagum pertama pramoedya "
kan gak lucu
kalo ingin disebut hero juga harusnya kamu ikuti jejak pramoedya
bukan hanya mengagumi doang

Clement Hord said...

Wong cepu,
makasih banget sudah mampir di blog ku yang amatir ini, sampai hari ini kekagumanku terhadap PAT tak perlu luntur !
He is my best hero !
Aku hanya pengagum amatir , yang kutulis hanyalah pikiran pribadiku. Mungkin Wong Cepu bisa jadi salah satu colon epigon PAT di kemudian hari.
Bravo buat ketelitian mengumpulkan blog2 tentang PAT.

wassalam,
CH

okta said...

salam kenal bung clement,
aku sendiri termasuk orang yang beruntung baru kenal PAT dan bukunya bisa didapet dimana aja. yang bung clement katakan tentang kebanggan membaca PAT di masa lalu sama dengan yang dikatakan temenku yang mengalami hal serupa.